2013.06.18. 19:51, Fabó Kinga
Telinga
Seolah telingaku menjadi sakramen-sakramen, sebuah keriuhan
nampak, nampak didepan mereka. Untunglah
Aku punya telinga baik yang besar.
Bergaung dan bergema.
Pinggul dan payudara mengembang.
Disini datang seseorang yang kesepian. Ia inginkan suamiku.
Disini datang seorang isteri. Ia telah menikah, acuh.
Ketika ia tak datang, ia belajar bahasa-bahasa,
perjalanan-perjalanan.
Seorang lesbi? Jangan pernah datang. Meskipun
Aku ingin menggodanya. Jika tak ada yang datang
Telingaku akan merecik diri mereka. (Besar seperti mereka.)
Aku tidak mengundang perempuan feminim yang mapan.
Atau lelaki manapun. Aku pergi
menghampirinya.
Tetapi mereka semua ingin telingaku.
Dan mulut-mulut? Pembicara-pembicara yang ngoceh.
Dan telingaku? Telingaku kini tuli.
Aku hanya merubah pendengaranku dari waktu ke waktu.
Telingaku adalah milikku.
Kinga Fabó
Segalanya Bangkit
Di dalam Kekosongan
yang Tiba-tiba
Aku terpuruk
Begitu tersungkur,
Ketika ada telepon
Mulai berdering
Aku mencekam
Sentuhlah. risau
Kesunyian sebelum hari libur.
Rona Kata Yang Berubah
Bukalah, laut muncul dalam tidur.
Membawa ombak-ombak.
Bunyi sunyi dibawah musim panas.
Melempar sebuah senyuman dipantai.
Sebuah bisikan hangat didalam tubuh
Sebuah warna pecah dalam gelas.
Sebuah isyarat yang lekas.
Cinta seperti laut yang surut.
Melempar senyum di pantai.
Aku ingin menyimpan sesuatu.
Tapi, tidak, keabadian bukan milikku.
Aku bisa bertahan.
Menunggu siksaan.
Disini dan sesuatu yang serupa terjadi
Dengan sunyi, aku terdiam didalam gelas
Hanya titik yang berpendar didalam pemandangan yang bugil
Suara-suara lenyap.
Hanya sebuah isyarat yang bergerak.
Kebahagiaan seperti seorang penari yang diam
Berdenyut-denyut pada tulang punggung
Dan laut tak lagi abadi.
Lakukan Dengan Hati-hati
Hotel putih. Dimana dosa terlupa. Dan
Suara hati bersalah.
Kau merana.
Kau terpuruk.
Menipuku dihari senin.
Setiap hari senin.
Yang aku suka.
Ia Lelah dan Terpuruk
Ia mencoba datang, berselubung
Ia mengehentakku.
Seolah aku menjadi
diri yang lelah. Aku membayangkan
Sebuah pembaringan.
Aku akan datang didalam wajahmu. Ia berkata
Apakah ia ingin mempermalukanku?
Apa yang telah ia pikirkan?
Setelah itu, selama dua hari
Mataku terbakar.
Kebahagiaan yang Hilang
Ia bertanya tentang
Aroma kesukaan.
Lalu pergi.
Sekarang aku bernyanyi, disini
Kecemasan,
Untuk nya-sebaliknya-istirah
Kekuatan tumbuh: menangkap.
Perlahan tumbuh membunuh sel
Membalas: bercerita
Tiap-tiap kata. Setiap isyarat.
Ia dan ia dan ia dan ia
Aku ? seorang aku? Tak pernah.
Tak pernah, tak pernah, tak pernah berakhir.
Bahkan setelah kematianku.
Bernyanyi yang lain –aku- yang terbaik?
Lebih dari seorang kekasih pergi.
Tiap kata adalah sebuah ambang, sebuah permintaan, sebuah tepi
Sebuah kail.
Aku tak mengerti semua terjadi
tak mengerti.
Bukan Sebab itu Elok
Disini aku punya tempat
Dimana aku bisa berkata
Aku memujanya. Aku memujanya.
Aku hanya hadir di dalam peran
Aku ingin warna-warni! Warna-warni!
Seperti halnya langit diatasku selalu biru
Bukan sebab itu elok. Bukan sebab itu.
Atau Ya
Untuk menjadi sebuah jambangan kosong
Untuk menjadi bunga layu di dalam jambangan
Untuk menjadi sebuah mikropon kecil
Untuk menjadi sebuah rangkak diatas sebuah bahu
Untuk menjadi genggaman satu rahasia
Untuk menjadi sunyi dan menyisakan disana
Untuk menjadi pangkuan pada sebuah telapak tangan
Untuk menjadi mikropon di dalam sebuah tubuh
Untuk menjadi sebuah rahasia
Pelan, berakhir dan riang
Untuk Menjadi polos dan tolol
Untuk menjadi dan bergegas pergi
Untuk menjadi hampa dan tak terbaca
Kedves Kinga!
Gratulálok a sikerhez.